Minggu, 15 Februari 2009

My Reflection

Refleksi

Sebelum aku masuk ke seminari, bisa dibilang aku mempunyai kehidupan rohani yang sangat kurang, kebiasaan – kebiasaan buruk, dll, tetapi semenjak aku masuk ke seminari, kehidupanku sudah mulai berubah. Hal ini terlihat dari kegiatan – kegiatan keseharian yang terjadwal, sifat – sifatku yang sudah mulai berubah, kehidupan rohani yang sudah mulai berkembang, relasi dengan orang lain, dsb.

Ini semua bermula ketika aku masuk ke seminari. Awalnya aku menganggap bahwa seminari itu berisi orang – orang yang kehidupan rohaninya kuat, tetapi selama aku tinggal di seminari, ternyata anggapanku salah besar. Di seminari tidak semua seminaris – seminarisnya mempunyai keidupan rohani yang kuat dan orangnya baik – baik, malah menurutku kebanyakan kebalikannya. Dari pengalaman ini, aku mendapatkan sebuah makna yaitu seminais itu hanya orang biasa, mereka juga punya kelebihan dan kekurangan sama seperti kita, yang berbeda hanya lingkungan tempat mereka tinggal.

Selama kuarang lebih lima bulan aku tinggal di seminari, masih banyak hal yang membutuhkan perhatian olehku, yang pertama dalam soal kegiatan. Kegiatan di seinari ini jauh berbeda dengan kegiatanku di rumah. Di seminari, kegiatanku lebih padat daripada kegiatanku di rumah, menurut penglihatanku banyak teman – teman se-angkatanku mengeluh soal bangun pagi yang terlalu pagi, teapi menurutku itu tidak trlalu menjadi beban. Untuk masalah ini aku tidak khawatir apabila aku bangun terlambat, karena bel yang ada di sini sudah cukup ampuh untuk membangunkanku.

Yang kedua yaitu masalah studi, sebenarnya aku cukup senang karena nilaiku di sini lebih tinggi daripada di sekolah dulu. Terlebih ketika Fr. Hepi memberikan kepercayaan kepadaku untuk mengajari teman – temanku yang nilainya masih kurang. Awalnya, aku merasa keberatan terhadap hal ini, tetapi setelah aku pikir – pikir tidak ada salahnya membagi – bagikan ilmu yang aku punya kepada orang lain. Makna yang kudapat dari hal ini adalah kepekaan terhadap orang lain yang sedang mengalami kesulitan.

Yang ketiga tentang kehidupan rohani. Jujur saja, selama aku tinggal di seminari, aku merasa kehidupan rohaniku sudah jauh lebih berkembang dibandingkan kehidupan rohaniku di rumah. Disini aku diajarkan cara berdoa yang baik dan benar, berbagai jenis doa yang ternyata baru aku kenal setelah aku masuk ke seminari, kemudian disini aku diajarkan untuk mengikuti ibadat pagi dan misa setiap hari, ikut Legio Maria yang sama sekali belum aku ketahui, dan yang lebih penting di seminari, akudiajarkan untuk menulis refleksi setiap harinya. Tujuan dari menulis refleksi adalah untuk melihat tanggapan Tuhan terhadap kegiatan – kegiatan kita setiap harinya. Namun sayangnya selama aku tinggal di seminari, dalam hal menulis refleksi caraku masih sama dengan menulis buku harian dan frekuensiku untuk menulis refleksi selalu tidak tetap atau tidak disiplin dalam menulis refleksi. Oleh karena itu, untuk kedepannya aku akan mencoba untuk mencoba merubah caraku menulis refleksi. Karena Refleksi itu berguna bagiku untuk melihat tanggapan Tuhan terhadapku.

Yang keempat, tentang makanan di seminari, untuk masalah makanan di seminari tidak ada masalah yang berarti bagiku. Hampir semua makanan yang disediakan di seminari sama dengan makananku di rumah, bahkan kadang – kadang makanan disini lebih enak dibandingkan makanan di rumah. Hanya yang menjadi kendala adalah di seminari waktu untuk makan telah dijadwalkan, sedangkan di rumah aku bebas bisa makan kapan saja kalau aku sedang lapar. Untungnya di rumah aku sudah diajarkan untuk tidak memilih – milih makanan, karena semuanya itu adalah rahmat dan karunia dari Tuhan yang mencintai kita.

Kelima, tentang berelasi dengan orang lain. Di seminari aku diajarkan untuk hidup berkomunitas, tidak seperti diluar sana. Dahulu ketika di rumah dan di SMP, aku tidak pernah diajarkan untuk hidup berkomunitas. Bahkan ketika di rumah aku jarang memikirkan orang lain, kalau seseorang minta bantuanku untuk membantu orang yang kesulitan, bisa saja aku tolak. Tetapi di seminari berbeda dengan diluar sana, di seminari aku diajarkan untuk peka terhadap orang lain yang membutuhkan bantuanku.

Relasiku dengan teman – teman se-komunitas dan se-angkatan juga baik – baik saja. Pernah sih aku sekali atau dua kali terlibat cekcok dan berselisih dengan teman se-angkatan, untungnya aku dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan baik – baik, tetapi dari pengalaman percekcokan dan perselisihan in aku menjadi semakin dekat dengan teman yang cekcok denganku.

Pada bulan November ini, aku baru saja kehilangan seorang teman, karena ia keluar dari seminari. Aku sempat kaget ketika ia berpamitan di depan komunitas. Aku memang jarang berbicara dengannya karena aku tidak terlalu suka dengan sifatnya itu, tetapi ketika orang tersebut menyatakan dirinya keluar dar seminari, aku merasa menyesal sekali karena jarang berbicara dengannya. Ketika hal ini terjadi, aku baru sadar kalau penyesalan selau datang terakhir.

Banyak sekali yang aku dapat selam aku tinggal di seminari yaitu belajar hidup mandiri karena di seminari aku harus mengatur kebutuhanku sendiri, kemudian peka terhadap lingkungan sekitar, belajar mengatur waktu karena di seminari aku mempunyai waktu yang tidak banyak oleh karena itu aku harus pintar – pintar mengatur waktu. Kemudian yang aku dapat adalahbelajar menulis refleksi setiap hari, kemudian belajar memandang segala sesuatu tidak hanya dari satu sisi saja karena suatu hal mungkin menyenangkan kita, tetapi mungkin saja tidak menyenangkan seseorang.

Selama kurang lebih lima bulan aku tinggal di seminari, banyak suka duka yang telah kulewati, dan aku selalu belajar satu hal yang paling penting yaitu sadar bahwa Tuhan itu mencintai, menyayangi, selalu memperhatikan, menolong, dan selalu menyertaiku sepanjang kegiatan - kegiatan yang aku jalani setiap harinya, oleh karena itu aku tidak boleh lupa untuk berdoa dan bersyukur kepada Tuhan.

Created by : Marcellinus

KPP

14

Refleksi Liburan

REFLEKSI LIBURAN

Pada akhir bulan Desember sampai akhir bulan Januari, aku mendapat kesempatan dari seminari untuk merayakan natal dan tahun baru di rumah bersama dengan keluarga. Tentunya aku sangat senang dengan hal ini. Segudang rencana telah aku siapkan untuk menikmati liburan di rumah, mulai dari pergi ke gereja pada saat acara natal, pergi ke rumah sanak saudara, membeli kebutuhan yang akan diperlukan di seminari, sampai pergi jalan – jalan bersama dengan teman – teman.

Liburan kemarin juga aku bersama dengan Elson (seminaris kelas 1) mendapat tugas dari Romo di paroki untuk memimpin ibadat dalam acara natal anak – anak. Sebenarnya aku sudah tahu kalau aku mendapat tugas ini jauh – jauh hari, bahkan pada awal bulan Desember. Tetapi karena keteledoranku sampai 1 hari sebelum hari- Hnya aku belum mempersiapkan hal ini.

Tetapi dalam liburan kemarin, segudang rencana yang sudah aku rencanakan sebelumnya akhirnya hampir semuanya musnah atau sirna, hanya beberapa rencana yang berhasil dijalankan. Mengapa bisa seperti itu ? Ini karena sepanjang liburan kemarin aku menderita sakit yang menyebabkanku harus terbaring lemas di rumah, bahkan aku sempat dirawat di rumah sakit selama 4 hari 3 malam.

Dalam liburan kemarin aku menderita penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue). Penyakit inilah yang membuatku harus terbaring lemas di rumah. Selain itu penyakit inilah yang membuyarkan segdang rencana yang telah kusiapkan sebelumnya.

Sebenarnya aku merasa tidak enak dengan orang tuaku karena liburan bukannya bergembira dengan keluarga tetapi malah ngerepotin keluarga karena sakit. Bahkan sesaat sebelum aku pergi untuk menghadiri misa malam natal di gereja, aku sempat ditanyain oleh eyangku, dia bertanya apakah aku sudah tidak betah tinggal di seminari, sehingga pulang liburan aku malah sakit ? Aku langsung menjawab kalau aku sakit bukan karena aku tidak betah, tetapi karena aku sedang benar – benar tidak berada dalam kondisi yang fit.

Tetapi ketika aku sakit, aku sempat merenungkan suatu hal yaitu kenapa Tuhan tega – teganya memberi aku penyakit sehingga aku tidak bisa menikmati liburan, bahkan sampai merepotkan orang tua ? Dalam permenungan itu aku mendapat sebuah makna yang sangat dalam yaitu perhatian orang tua kepadaku yang sudah lama tidak aku rasakan.

Selain itu aku mendapat sebuah makna lain yaitu aku merasakan perhatian orang – orang sekitarku ketika mereka datang untuk menjenguk aku, padahal ketika mereka sakit, aku jarang sekali ikut pergi untuk menjenguk mereka.

Walaupun aku sakit ketika liburan, aku tetap yakin kalau Tuhan mempunyai rencana yang lebih baik kepadaku. Selain itu aku percaya bahwa kata – kata Rm. Heru pada saat perayaan natal yaitu dibalik penderitaan ada peluang akan terjadi kepadaku.

Minggu, 08 Februari 2009

Poem

Kulihat Kau


Kulihat kau disebrang sana
Kulihat kau berjalan kearahku
Kulihat kau didepan mataku
Banyak yang ingin kusampaikan


Kulihat duni banyak kegembiraan
Aku sungguh tak mengerti
Kulihat dunia banyak penderitaan
Aku sungguh tak mengerti

Kulihat kau didepan mataku
Kulihat kau menjauh dariku
Kulihat kau disebrang sana
Mengapa kau tak menjawab ? Ya Tuhanku…..


Marcellinus Vitus Dwiputra